Nusa Tenggara Barat
| Nusa Tenggara Barat | |||
|---|---|---|---|
| — Provinsi — | |||
| |||
![]() | |||
| Negara | Indonesia | ||
| Ibu kota | Mataram | ||
| Koordinat | 9º 20' - 6º 20' LS 115º 30' - 119º 30' BT | ||
| Pemerintahan | |||
| • Gubernur | K.H Muhammad Zainul Majdi, M.A [1] | ||
| • Wakil Gubernur | Ir. H. Badrul Munir, M.M | ||
| Lebar[2] | |||
| • Total | 20.153.15 km2 (7,781.17 mil²) | ||
| Populasi (2010)[3] | |||
| • Total | 4.500.212 | ||
| • Kepadatan | Bad rounding here220/km2 (Bad rounding here580/sq mi) | ||
| Demografi | |||
| • Suku bangsa | Sasak (68%), Bima (13%), Sumbawa (8%), Bali (3%), Suku Indo-Arya (8%)[4] | ||
| • Agama | Islam (96%), Hindu (3%), Buddha (0.5%), Katolik (0.5%) | ||
| • Bahasa | Indonesia, Sasak | ||
| Zona waktu | WITA | ||
| Kabupaten | 7 | ||
| Kota | 2 | ||
| Kecamatan | 116 | ||
| Gampong/kelurahan | 960 | ||
| Lagu daerah | Orlen-orlen | ||
| Situs web | www.ntbprov.go.id | ||
Nusa Tenggara Barat yaitu sebuah provinsi di Indonesia. Sesuai dengan namanya, provinsi ini meliputi babak barat Kepulauan Nusa Tenggara. Dua pulau terbesar di provinsi ini yaitu Lombok yang terletak di barat dan Sumbawa yang terletak di timur. Ibu kota provinsi ini yaitu Kota Mataram yang kehadiran di Pulau Lombok.
Beberapa besar dari penduduk Lombok berasal dari suku Sasak, sementara suku Bima dan Sumbawa yaitu kelompok etnis terbesar di Pulau Sumbawa. Mayoritas penduduk Nusa Tenggara Barat beribadat Islam (96%).
Daftar pokok
Guna Lambang
Berlatar belakangan perisai sebagai gambaran jiwa pahlawan, lambang Nusa Tenggara Barat terdiri dari 6 unsur, yakni: bintang, kapas dan padi, menjangan gunung dan kubah.
- Bintang melambangkan 5 sila dari Pancasila, kapas dan padi selain melambangkan kemakmuran juga melambangkan tanggal terbentuknya provinsi Nusa Tenggara Barat, yaitu 14 Agustus 1958.
- Hari tersebut dengan diungkapkan secara simbolik dengan jumlah kuntum dan untaian padi 58.
- Rantai terdiri dari 4 berwujud bulat dan 5 berwujud bidang empat, melambangkan tahun 45 (1945) sebagai tahun kemerdekaan RI.
- Menjangan yaitu salah satu satwa yang banyak kehadiran di Pulau Sumbawa.
- Gunung yang berasap melukiskan kemegahan gunung Rinjani sebagai gunung tertinggi di Lombok.
- Kubah melambangkan ketaatan beribadat warga provinsi Nusa Tenggara Barat.
Sejarah
Kehadiran status provinsi, bagi NTB tidak datang dengan sendirinya. Perjuangan menuntut terbentuknya Provinsi NTB berlangsung dalam rentang waktu yang cukup lama. Provinsi NTB, sebelumnya sempat menjadi babak dari Negara Indonesia Timur dalam konsepsi Negara Republik Indonesia Serikat,dan menjadi babak dari Provinsi Sunda kecil setelah pengakuan kedaulatan Republik Indonesia.
Seiring dinamika masa seratus tahun dan setelah menemui beberapa kali babak pergantian sistem ketatanegaraan pasca diproklamasikannya Kemerdekaan Republik Indonesia, barulah terbentuk Provinsi NTB. NTB, secara resmi menemukan status sebagai provinsi sebagaimana kehadirannya sekarang, sejak tahun 1958, berawal dari ditentukannya Undang-undang Nomor 64 Tahun 1958 Tanggal 14 Agustus 1958 tentang Pembentukan Daerah-daerah Swatantra Tingkat I Bali, NTB dan NTT, dan yang dipercayakan menja di Gubernur pertamanya yaitu AR. Moh. Ruslan Djakraningrat.
Walaupun secara yuridis formal Daerah Tingkat I NTB yang meliputi 6 Daerah Tingkat II dibentuk bangun pada tanggal 14 Agustus 1958, namun penyelenggaraan pemerintahan berlangsung berlandaskan Undang- undang Negara Indonesia Timur Nomor 44 Tahun 1950, dan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1957 tentang Pokok-pokok Pemerintahan Daerah. Sifat yang tumpang tindih ini berlangsung sampai tanggal 17 Desember 1958, ketika Pemerintah Daerah Lombok dan Sumbawa di likuidasi. Hari likuidasi inilah yang menandai resmi terbentuknyaProvinsi NTB. Masa seratus tahun langsung berganti, konsolidasi kekuasaan dan pemerintahanpun langsung terjadi.
Pada tahun 1968 dalam situasi yang sedang belum menggembirakan sebagai akhir suatu peristiwa berbagai krisis nasional yang membias ke daerah, gubernur pertama AR. Moh. Ruslan Tjakraningrat digantikan oleh HR.Wasita Kusuma. Dengan mulai bergulirnya program pembangunan lima tahun tahap pertama (pelita I) langkah perbaikan ekonomi, sosial, politik mulai terjadi. Pada tahun 1978 H.R.Wasita Kusuma digantikan H.Gatot Soeherman sebagai Gubernur Provinsi NTB yang ketiga. Dalam masa kebijakannya, usaha-usaha pembangunan kian dimantapkan dan Provinsi NTB yang dikenal sebagai daerah minus, berganti menjadi daerah swasembada. Pada tahun 1988 Drs. H. Warsito, SH terpilih memandu NTB menggantikan H. Gatot Soeherman. Drs.H.Warsito, SH mengelola tampuk pemerintahan di Provinsi NTB untuk masa dua masa, sebelum digantikan Drs. H. Harun Al Rasyid, M.Si pada tanggal 31 Agustus 1998.
Drs. H. Harun Al Rasyid M.Si berjuang menimbulkan NTB dengan berupaya menjadi mengembang kualitas sumber daya manusia melewati Program Gema Prima. Tahun 2003 sampai 1 september 2008 Drs. H. Kemudian Serinatadan wakil Gubernur Drs.H.B. Thamrin Rayes memandu NTB. Pada masa ini berbagai macam upaya dilakukan dalam menimbulkan NTB dan mengejar ketertinggalan diberbagai bidang dan sektor. Di masa seratus tahun ini,sejumlah program diluncurkan, seperti Gerbang E-Mas dengan Program Emas Yang dibangun Desa. Selain itu, pada masa ini pembangunan Bandara Internasional Lombok di Lombok Tengah mulai terealisasi dan rampung pada pertengahan 2009.
Dalam usianya yang ke-52 Provinsi NTB kini dipandu oleh Gubernur Dr. KH. M. Zainul Majdi dan Wakil Gubernur Ir. H. Badrul Munir, MM. Pada tahun 2010 ini, kedua pasangan pemimpin menggenapkan dua tahun pemerintahannya di Provinsi NTB untuk mengemban amanah dan hasrat warga Nusa Tenggara Barat dalam mencapai kesejahteraan dan pembangunan daerah menuju NTB yang Beriman dan Berkemampuan Saing.
Masa seratus tahun Majapahit
Menurut Kemudian Djelenga (2004), catatan sejarah kerajaan-kerajaan di Lombok yang lebih berarti dimulai dari masuknya Majapahit melewati ekspedisi di bawah Mpu Nala pada tahun 1343 sebagai pelaksanaan Sumpah Palapa Maha Patih Gajah Mada yang kemudian diteruskan dengan inspeksi Gajah Mada sendiri pada tahun 1352.
Ekspedisi ini, lanjut Djelenga, menjauhi jejak kerajaan Gelgel di Bali. Sedangkan di Lombok dalam perkembangannya menjauhi jejak berupa empat kerajaan utama saling bersaudara, yaitu Kerajaan Bayan di barat, Kerajaan Selaparang di Timur, Kerajaan Langko di tengah dan Kerajaan Pejanggik di selatan. Selain keempat kerajaan tersebut, terdapat kerajaan-kerajaan kecil, seperti Parwa dan Sokong serta beberapa gampong kecil, seperti Pujut, Tempit, Kedaro, Batu Dendeng, Kuripan dan Kentawang. Seluruh kerajaan dan gampong ini selanjutnya menjadi wilayah yang bebas setelah kerajaan Majapahit runtuh.
Di antara kerajaan dan gampong itu yang paling terkemuka dan paling terkenal yaitu Kerajaan Lombok yang berpusat di Labuhan Lombok. Dituturkan kota Lombok terletak di teluk Lombok yang sangat indah dan telah tersedia sumber air tawar yang banyak. Sifat ini mengadakannya banyak dikunjungi oleh pedagang-pedagang dari Palembang, Banten, Gresik dan Sulawesi. dan telah tersedia senjata yg bernama sundu
Masuknya Islam
Belakangan, ketika Kerajaan ini dipandu oleh Prabu Rangkesari, Pangeran Prapen, putera Sunan Ratu Giri datang mengislamkan kerajaan Lombok. Dalam Babad Lombok dituturkan, pengislaman ini yaitu upaya dari Raden Paku atau Sunan Ratu Giri dari Gersik, Surabaya yang memerintah raja-raja Jawa Timur dan Palembang untuk mengampanyekan Islam ke berbagai wilayah di Nusantara.
"Susuhnii Ratu Giri memerintah keyakinan baru disebarkan ke seluruh pelosok. Dilembu Manku Rat dikirim bersama bala tentara ke Banjarmasin, Datu bandan di kirim ke Makasar, Tidore, Seram dan Galeier dan Putra Susuhunan, Pangeran Prapen ke Bali, Lombok dan Sumbawa. Prapen pertama kali berlayar ke Lombok, dimana dengan kekuatan senjata beliau memaksa orang untuk memeluk agama Islam. Setelah mendudukkan tugasnya, Prapen berlayar ke Sumbawa dan Bima. Namun selama ketiadaannya, karena kaum perempuan tetap menganut keyakinan Pagan, warga Lombok kembali kepada faham pagan. Setelah kemenangannya di Sumbawa dan Bima, Prapen kembali dan dengan dibantu oleh Raden Sumuliya dan Raden Salut, beliau mengatur pergerakan dakwah baru yang kali ini mencapai kesuksesan. Beberapa warga berlari ke gunung-gunung, beberapa pautannya ditaklukkan kemudian masuk Islam dan beberapa pautannya hanya ditaklukkan. Prapen menjauhi Raden Sumuliya dan Raden Salut untuk menghidupi agama Islam dan beliau sendiri bangkit ke Bali, dimana beliau memulai negosiasi (tanpa hasil) dengan Dewa Besar Klungkung."
Babak pengislaman oleh Sunan Prapen menuai hasil yang menggembirkan, sampai beberapa tahun kemudia seluruh pulau Lombok memeluk agama Islam, kecuali beberapa tempat yang sedang memepertahankan kebiasaan istiadat lama.
Sementara di Kerajaan Lombok, sebuah kebijakan besar dilakukan Prabu Rangkesari dengan memindahkan fokus kerajaan ke Gampong Selaparang atas usul Patih Banda Yuda dan Patih Singa Yuda. Pemindahan ini dilakukan dengan argumen letak Gampong Selaparang lebih strategis dan tidak gampang diserang musuh dibandingkan posisi sebelumnya.
Menurut Fathurrahman Zakaria, dari wilayah fokus kerajaan yang baru ini, panorama Selat Alas yang indah membiru dapat dinikmati dengan latar belakangan daratan Pulau Sumbawa dari ujung utara ke selatan dengan sekali sapuan pandangan. Dengan demikian semua pergerakan yang mencurigakan di tengah lautan akan segera dapat diketahui. Wilayah ini juga memiliki daerah belakangan berupa bukit-bukit persawahan yang diperbaiki dan ditata rapi bertingkat-tingkat sampai hutan Lemor yang memiliki sumber air yang melimpah.
Di bawah pimpinan Prabu Rangkesari, Kerajaan Selaparang mengembang menjadi kerajaan yang maju di berbagai bidang. Salah satunya yaitu perkembangan kebudayaan yang kemudian banyak menimbulkan manusia-manusia sebagai khazanah warisan tradisional warga Lombok hari ini. pandai sejarah berkebangsaan Belanda L. C. Van den Berg menyatakan bahwa, mengembangnya Bahasa Kawi sangat memengaruhi terbentuknya alam pikiran agraris dan besarnya peranan kaum intelektual dalam rekayasa sosial politik di Nusantara, Fathurrahman Zakaria (1998) menyebutkan bahwa para intelektual warga Selaparang dan Pejanggik sangat mengetahui Bahasa Kawi. Bahkan kemudian dapat membuat sendiri aksara Sasak yang dikata sebagai jejawen. Dengan modal Bahasa Kawi yang dikuasainya, aksara Sasak dan Bahasa Sasak, maka para pujangganya banyak mengarang, menggubah, mengadaptasi atau menyalin manusia Jawa kuno ke dalam lontar-lontar Sasak. Lontar-lontar dimaksud, antara pautan Kotamgama, Lapel Adam, Menak Berji, Rengganis dll. Bahkan para pujangga juga banyak menyalin dan mengadaptasi ajaran-ajaran sufi para walisongo, seperti lontar-lontar yang berjudul Jatiswara, Lontar Nursada dan Lontar Nurcahya. Bahkan hikayat-hikayat Melayu pun banyak yang disalin dan diadaptasi, seperti Lontar Yusuf, Hikayat Amir Hamzah, Hikayat Sidik Anak Yatim dan sebagainya.
Dengan mengkaji lontar-lontar tersebut, menurut Fathurrahman Zakaria (1998) kita akan mengetahui prinsip-prinsip dasar yang menjadi pedoman dalam rekayasa sosial politik dan sosial budaya kerajaan dan warganya. Dalam bidang sosial politik misalnya, Lontar Kotamgama lembar 6 lembar menggariskan sifat dan sikap seorang raja atau pemimpin, yakni Danta, Danti, Kusuma dan Warsa.
- Danta gunanya gading gajah, apabila dibawa keluar tidak barangkali dimasukkan lagi.
- Danti gunanya ludah, apabila sudah dilontarkan ke tanah tidak barangkali dijilat lagi.
- Kusuma gunanya kembang, tidak barangkali kembang itu mekar dua kali.
- Warsa gunanya hujan, apabila telah jatuh ke bumi tidak barangkali naik kembali menjadi awan.
Itulah sebabnya seorang raja atau pemimpin inginnya tidak salah dalam perkataan.
Selain itu, dalam lontar-lontar yang kehadiran diketahui bahwa istilah-istilah dan ungkapan yang syarat dengan ide dan makna telah dipergunakan dalam bidang politik dan hukum, misalnya ujar hanut (menggunakan hak dan kewajiban), tapak (stabil), tindih (bertata krama), rit (tertib), jati (utama),tuhu (sungguh-sungguh), bakti (bakti, setia) atau terpi (teratur). Dalam bidang ekonomi, seperti itiq (hemat), loma (dermawan), kencak (terampil) atau genem (rajin).
Kemajuan Kerajaan Selaparang ini membuat kerajaan Gelgel di Bali merasa tidak senang. Gelgel yang merasa sebagai pewaris Majapahit, melakukan serangan ke Kerajaan Selaparang pada tahun 1520, akan tetapi menemui kegagalan.
Mengambil pelajaran dari serangan yang gagal pada 1520, Gelgel dengan cerdik memaanfaatkan situasai untuk melakukan infiltrasi dengan mengirimkan rakyatnya mengungkap pemukiman dan persawahan di babak selatan sisi barat Lombok yang subur. Bahkan dituturkan, Gelgel menempuh strategi baru dengan mengirim Dangkiang Nirartha untuk memasukkan faham baru berupa singkretisme Hindu-Islam. Walau tidak lama di Lombok, tetapi ajaran-ajarannya telah dapat memengaruhi beberapa pemimpin agama Islam yang belum lama memeluk agama Islam. Namun niat Kerajaan Gelgel untuk menaklukkan Kerajaan Selaparang terhenti karena secara internal kerajaan Hindu ini juga menemui stagnasi dan kelemahan di sana-sini.
Masuknya Kolonialisme
Kemunculan VOC Belanda ke Indonesia yang menguasai jalur komersial di utara telah menimbulkan kegusaran Gowa, sehingga Gowa menutup jalur komersial ke selatan dengan pokok isi kerangan menguasai Pulau Sumbawa dan Selaparang. Untuk membendung misi kristenisasi menuju ke barat, maka Gowa juga mendiami Flores Barat dengan menimbulkan Kerajaan Manggarai.
Ekspansi Gowa ini menyebabkan Gelgel yang mulai yang dibangun tidak senang. Gowa diarahkan pada posisi dilematis, mereka harap-harap Belanda memanfaatkan Gelgel. Maka tercapai kesepakatan dengan Gelgel melewati perjanjian Saganing pada tahun 1624 yang pokoknya antara pautan Gelgel tidak akan melakukan pekerjaan sama dengan Belanda dan Gowa akan melepaskan perlindungannya atas Selaparang yang dianggap halaman belakangan Gelgel.
Akan tetapi terjadi pergantian sikap sesudah padam Dalem Sagining yang digantikan oleh Dalem Pemayun Anom. Terjadi polarisasi yang semakin jelas, yakni Gowa menjalin kerjasama dengan Mataram di Jawa dalam rangka bertemu sisi hadapan dengan Belanda. Sebaliknya Belanda sukses mendekati Gelgel, sehingga pada tahun 1640, Gowa masuk kembali ke Lombok. Bahkan pada tahun 1648, salah seorang Pangeran Selaparang dari Trah Pejanggik bernama Mas Pemayan dengan gelar Pemban Mas Aji Komala, ditinggikan sebagai raja muda, semacam gubernur mewakili Gowa, bermarkas di babak bara pulau Sumbawa.
Pengahabisannya perang antara Gowa dengan Belanda tidak terelakkan. Gowa melakukan perlawanan keras terutama dibawah pimpinan Sultan Hasanuddin yang dijuluki Ayam Jantan dari Timur. Sejarah mencatat Gowa harus menerima perjanjian Bungaya pada tahun 1667. Bungaya yaitu sebuah wilayah yang terletak disekitar fokus kerajaan Gelgel di Klungkung yang menandai eratnya hubungan Gelgel-Belanda. Konon Gelgel berusaha memanfaatkan situasi dengan mengirimkan ekspedisi langsung ke fokus pemerintahan Selaparang pada tahun 1668-1669, tetapi ekspedisi tersebut gagal.
Sekalipun Selaparang unggul melawan kekuatan tetangganya, yaitu Kerajaan Gelgel, namun pada saat yang bersamaan, suatu kekuatan baru dari arah barat telah muncul pula. Embrio kekuatan ini telah kehadiran sejak awal seratus tahun ke-15 dengan datangnya para imigran petani liar dari Karang Asem (Bali) secara bergelombang dan menimbulkan koloni di kawasan Kotamadya Mataram sekarang ini. Kekuatan itu telah menjelma sebagai sebuah kerajaan kecil, yaitu Kerajaan Pagutan dan Pagesangan yang berdiri pada tahun 1622.
Namun bahaya yang dinilai menjadi ancaman utama dan akan tetap muncul secara tiba-tiba yaitu kekuatan asing, Belanda yang sewaktu-waktu akan melakukan ekspansi. Kekuatan dari tetangga erat diabaikan, karena Gelgel yang demikian kuat mampu dipatahkan. Sebab itu sebelum kerajaan yang berdiri di wilayah kekuasaannya di babak barat ini berdiri, hanya diantisipasi dengan menempatkan pasukan kecil di bawah pimpinan Patinglaga Deneq Wirabangsa.
Di belakangan itu memang kehadiran faktor-faktor pautan terutama masalah perbatasan antara Selaparang dan Pejanggik yang tidak kunjung dihabisi. Hal ini menyebabkan kehadirannya saling mengharapkan peran yang lebih di antara kedua kerajaan serumpun ini atau saling lempar tanggung jawab. Dalam kecamuk peperangan dan upaya mengahadapi masalah kekuatan yang baru tumbuh dari arah barat itu, maka secara tiba-tiba saja, tokoh penting di babak yang terkait fokus kerajaan, yaitu patih kerajaan sendiri yang bernama, Raden Arya Banjar Getas, ditengarai berselisih argumen dengan rajanya. Raden Arya Banjar Getas pengahabisannya menjauhi Selaparang dan hijrah memperhambakan diri di Kerajaan Pejanggik yang dulu (Kerajaan Pejanggik) kehadiran di Daerah Pejanggik yang kehadiran di Kecamatan Jonggat
Atas prakarsanya sendiri, Raden Arya Banjar Getas dapat menyeret Pejanggik bergabung dengan sebuah Ekspedisi Tentara Kerajaan Karang Asem yang sudah mendarat menyusul di Lombok Barat. Semula berlandaskan informasi awal yang diperoleh, maksud kemunculan ekspedisi itu akan menyerang Kerajaan Pejanggik.
Namun dalam fakta sejarah, ekspedisi itu telah menghancurkan Kerajaan Selaparang karena wilayah tersebut dapat ditaklukkan hampir tanpa perlawanan, sebab sudah dalam sifat sangat lemah. Peristiwa ini terjadi pada tahun 1672. Fokus kerajaan hancur dan rata dengan tanah serta raja beserta seluruh keluarganya padam terbunuh.
Selaparang jatuh hanya tiga tahun setelah bertemu sisi hadapan dengan Belanda. Empat belas tahun kemudian, pada tahun 1686 Kerajaan Pejanggik dibumi hanguskan oleh Kerajaan Mataram Karang Asem. Akhir suatu peristiwa kekalahan Pejanggik, maka Kerajaan Mataram mulai berdaulat menjadi penguasa tunggal di Pulau Lombok setelah sebelumnya juga meluluh lantakkan kerajaan-kerajaan kecil pautannya.
Geografis
Nusa Tenggara Barat terdiri dari Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa, memiliki lebar wilayah 20.153,15 km2. Terletak antara 115° 46' - 119° 5' Bujur Timur dan 8° 10' - 9 °g 5' Lintang Selatan. Selong yaitu kota yang telah tersedia tinggi paling tinggi, yaitu 148 m dari permukaan laut, sementara Raba terendah dengan 13 m dari permukaan laut. Dari tujuh gunung yang kehadiran di Pulau Lombok, Gunung Rinjani yaitu gunung tertinggi dengan tinggi 3.775 m, sedangkan Gunung Tambora yaitu gunung tertinggi di Sumbawa dengan tinggi 2.851 m.
Iklim
Berlandaskan data statistik dari forum meteorologi, temperatur maksimum pada tahun 2001 berkisar antara 30,9° – 32,1° C, dan temperatur minimum berkisar antara 20,6° - 24,5°C. Temperatur tertinggi terjadi pada bulan September dan terendah kehadiran bulan November. Sebagai daerah tropis, NTB telah tersedia rata-rata kelembaban yang relatif tinggi, yaitu antara 48 - 95 %.
Batas wilayah
| Utara | Laut Flores |
| Selatan | Samudra Hindia |
| Barat | Provinsi Bali |
| Timur | Provinsi Nusa Tenggara Timur |
Pemerintahan
Kabupaten dan Kota
Daftar gubernur
Wakil di DPR dan DPD 2009 - 2014
Bagian DPR dari Provinsi Nusa Tenggara Barat:
- Nanang Samodra dari Partai Demokrat
- Fahri Hamzah dari Partai Sifat sepatutnya Sejahtera
- Muhammad Lutfi dari Partai Golkar
- Sunardi Ayub dari Partai Hati Nurani Rakyat
- Izzul Islam dari Partai Persatuan Pembangunan
- Rahmat Hidayat dari Partai Kewarganegaraan Indonesia Perjuangan
- Syafruddin dari Partai Amanat Nasional
- Adi Putra Taher dari Partai Golkar
- Wayan Gunastra dari Partai Demokrat
- DR Abdurrahman Abdullah dari Partai Demokrat
Bagian DPD dari Provinsi Nusa Tenggara Barat
- Prof. Dr. Farouk Muhammad
- Baiq Diah Ganefi, SH
- H.L. Abdul Muhyi Abidin, S.Ag.
- H.L. Supardan Kasiran
- KH. Prof. Kemudian Bodong, M.Sc
Pranala luar
- (Indonesia) Situs resmi pemerintah provinsi
- (Indonesia) Informasi Lengkap Seputar Nusa Tenggara Barat
- (Indonesia) Festival Kopi NTB
- Profil Demografi NTB
- Profil Ekonomi NTB
- Profil Wisata NTB
- Ekonomi Regional NTB
- Statistik Regional NTB
Referensi
- ^ "PILGUB NTB 2013: TGB-AMIN Menang Versi Quick Count". May 14, 2013.
- ^ Lebar Nusa Tenggara Barat menurut BPS Nusa Tenggara Barat
- ^ Sensus Penduduk 2010
- ^ Indonesia's Population: Ethnicity and Religion in a Changing Political Landscape. Institute of Southeast Asian Studies. 2003.
| ||||||||||||||||||
| |||||||||||||||||||||||||||||||||
wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, ilmu-pendidikan.com, m.s1-pgsd-pendidikan-guru-sekolah-dasar.andrafarm.com, dan sebagainya.

